Jumat, 30 November 2018

4 Tahun Indonesia Kreatif

Masih Ada Waktu Untuk Indonesia Makin Kreatif "Salam 2 Periode"

Tak terasa sudah 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK. Banyak sudah yang telah dilakukan oleh pemerintah dibawah nahkoda Joko Widodo atau lebih dikenal dengan sebutan Jokowi. 2014 yang lalu tak menyangka jika mantan Walikota Solo dua periode dan mantan Gubernur Jakarta ini akan menjadi seorang presiden. Bukan tanpa sebab, karena sosok yang berperawakan kurus tersebut bukan lahir dari kalangan politikus, melainkan hanya seorang pengusaha mebel di Solo. Namun, siapa sangka saat ini Jokowi menjelma menjadi salah satu Presiden yang dikagumi oleh rakyat Indonesia, bahkan sangat disegani oleh pemimpin di dunia.

Lalu apa saja sihh sebenarnya prestasi pemerintahan Jokowi selama 4 tahun ini? Pertanyaan tersebut terjawab saat saya mengikuti Flash Blogging di Hotel Mercure Padang Salah satu nara sumber yang hadir adalah bapak Andoko Darta yang merupakan salah satu staf ahli di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Beliau menjelasakan bahwa selama 4 tahun ini banyak sekali prestasi yang telah dicapai oleh pemerintah.


Misalnya pembangunan infrastruktur yang sudah merata dari Sabang sampai Merauke. Jika sebelum pemerintahan saat ini focus pembangunan infrastruktur hanya ada di Jawa, saat ini telah bergeser ke semua penjuru nusantara. Buktinya adalah jalan trans Papua, berbagai Pos Lintas Batas Negara dibangun begitu megahnya. Sehingga menjadi kebanggaan warga yang hidup di wilayah terluar Indonesia. Saat ini mereka merasa diperhatikan oleh pemerintah.


Selain itu soal listrik, jika sebelumnya listrik hanya bisa dinikmati oleh warga di kota dan wilayah yang bisa terjangkau. Saat ini listrik sudah masuk di pedalaman negeri. Warga yang hidup di dalam hutan-hutan belantara saat ini juga sudah bisa menikmati terangnya kehidupan, karena pasokan listrik sudah masuk ke wilayah mereka. Luar biasa kan.


Soal energy lainnya, yaitu harga BBM. Jika sebelum pemerintahan Jokowi-JK harga BBM berbeda pada masing-masing daerah, pada era Jokowi harga BBM dis eluruh Indonesia adalah satu harga. Bahkan di Papua yang sebelumnya harga BBM paling tinggi, saat ini juga bisa menikmati harga yang sama seperti di pulau Jawa. Inilah yang namanya keadilan bagi sleuruh rakyat Indonesia.

Masalah kemiskinan di Indonesia selama 4 tahun terakhir juga mengalami penurunan hingga satu digit. Hal ini merupakan salah satu hal yang bersejarah selama ini. Turunnya angka kemiskinan berdampak pada turunnya pengangguran di negeri ini. Tentu hal itu juga berpengaruh pada meningkatnya tingkat ekonomi warga Indonesia. Boleh dibilang ditangan Jokowi lah Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki kinerja ekonomi paling hebat. Buktinya pada tahun 2015 lalu, Indonesia mencatatkan diri sebagai Negara dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 4,79%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi global yang saat itu hanya berkisar antara 2,4%.

Masalah uang misalnya Rupiah saat ini menjadi satu-satunya uang di kawasan Asian yang bisa bertahan terhadap gempuran dollar AS. Bahkan pada Oktober bulan lalu Indonesia mendapat sanjungan luar biasa dari pimpinan IMF dan Bank dunia. Kedua pimpinan tersebut menyebut bahwa Indonesia perekonomiannya sangat kuat dan tidak memerlukan bantuan keuangan lagi. Hal tersebut tentu saja menjadi bukti bahwa Indonesia merupakan Negara dengan kondisi ekonomi yang sangat stabil. Semua itu tentu karena dimanage oleh seorang pemimpin dan anak buah yang bekerja sangat professional.

Berbagai prestasi tersebut tentu patut diapresiasi oleh semua pihak, karena bagaimanapun juga menjadi pemimpin di negeri sebesar Indonesia memang tidak mudah. Apalagi saat ini situasi politik di Indonesia masih sangat labil. Betapa tidak saat ini pemerintah tengah menghadapi berbagai isu negatif yang tujuannya menjatuhkan pemerintahan. Dan anehnya hal itu dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka terhadap keberhasilan yang telah diraih oleh pemerintahan Jokowi-JK.

Hal yang saat ini menjadi persoalan serius adalah berbagai informasi, konten negatif yang setiap saat, setiap detik, menit bahkan setiap hari senantiasa menyerang pemerintah saah saat ini. Untuk menangkal semua itu, maka kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai corong pemerintah berusaha menangkal berbagai informasi negative, fitnah dan berbagai isu yang meneyrang pemerintah dengan cara mengampayekan prestasi yang telah diraih oleh pemerintah saat ini.



Untuk lebih menguatkan peran tersebut tidak salah jika saat ini KemKominfo saat ini juga menggandeng para pegiat media sosial utamanya blogger untuk bisa menangkal isu-su negative yang saat ini sedang menyerang pemerintah. Sebagaimana  yang dilakukan saat ini di Padang dimana Kemkominfo melakukan kerjasama dengan blogger di wilayah Sumatera Barat melalui acara Flash Blogging dengan tema “4 Tahun Indonesia Kreatif” dimana salah satu tujuannya adalah untuk mengkapayekan keberhasilan yang telah dicapai pemerintah lewat tulisan, video blog, maupun konten media sosial lainnya. Yang pada intinya adalah mengajak kepada para blogger untuk bisa mengkampayekan untuk bermedia sosial dengan bijak.



Karena salah satu cara untuk menangkal berbagai hoax, berita negatif, fitnah dan isu-isu yang bisa memecah belah persatuan daa kesatuan bangsa Indonesia melalui media sosial adalah dengan cara bijak dan arif dalam bermedia sosial. Ada tipsnya untuk bermedia sosial yaitu dengan prinsip READI : rensponsibilty, empati, arif bijaksana, data yang valid, integrity. Kelima hal tersebut merupakan kunci bermedia sosial yang baik dan benar.

Semoga dengan bermedia sosial yang bijak, kita bisa mencegah terjadinya disintegrasi bangsa Indonesia. Sehingga menjadi bangsa yang hebat dan besar, semoga. Amin. Ingat Masih ada 1 tahun lagi dan berharap menjadi 2 periode kepemimpinan... Salam Kreatif.

Rabu, 15 Oktober 2014

Polres Kota Solok


18 Kilogram Ganja Diamankan Polres Kota Solok

Written By Polres Solokkota on Senin, 06 Mei 2013 | 11:43 AM


Jajaran Polres Solok Kota, Kembali berhasil menangkap pengedar Narkoba Jenis Daun Ganja, dari tangan tersangka, aparat kepolisian berhasil mengamankan barang bukti sebanyak 18 Kg ganja siap edar dirumah tersangka “P” 33 tahun dijaan Tanah Putih, Kelurahan Kampung Jawa, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok siang tadi (18/7).

Pengungkapan Kasus Narkoba Kali ini berawal dari pengembangan kasus Curanmor dengan tersangka yang berinisial FS 25 tahun yang ditangkap oleh Satuan reserse Polres Kota Solok di kediamannya, Selasa kemaren (17/7), dalam pengembangan kasus tersebut dari keterangan FS, salah satu Barang Bukti sebuah Motor berada di Rumah tersangka “ P “.

Satuan Reskrim Polres Solok Kota yang dipimpin Kasat Reskrim Polres Solok Kota Akp.Musrial, segera melakukan pengeledahan atas barang curian tersebut, tampa diduga di TKP Satuan Reskrim juga menemukan paket daun ganja kering yang di kemas dalam bentuk bungkusan sebanyak 18 kiogram.

Kapolres Solok Kota Akbp.Lutfi Martadian mengatakan, membenarkan adanya penangkapan ganja tersebut, kali ini merupakan kasus terbesar dalam tahun 2012 yang di ungkap oleh jajaran Polres Solok Kota, dengan barang bukti yang sanga besar, selain itu jajaran polres solok Kota juga berhasil mengamankan 5 kendaraan bermotor hasil dari curamor yang dlakukukan oleh FS.

Ditambahkan Lutfi, Dua tersangka dengan kasus yang berbeda tersebut merupakan Residifis, yang baru saja menghirup udara segar , sementara tersangka berinisial “P” masih dalam pengejaran aparat.

Minggu, 13 Mei 2012

Sanggar Siti MAnih


Sanggar Siti Manih Tari Indang
 Mp3 Free. Listen the first audio sneak Sanggar Siti Manih Tari Indang before downloading it. We don't store any sound record in our hosting but have an immense database, by which we are associated with internet, we only help you to search the link source to the other server. Here is list of Sanggar Siti Manih Tari Indang




Minggu, 04 Maret 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karya ini berjudul “Play Setan”, merupakan sebuah karya yang penggarapannya berangkat dari kesenian Sirompak. Secara pemaknaan, judul “Play Setan” dalam karya ini sangatlah berkaitan dengan persoalan karya yang akan pengkarya hadirkan. Penciptaan karya ini diawali berdasarkan pada pengamatan pengkarya tentang persolan misteri di Indonesia yang pada umumnya banyak di “misteri plesetkan”. Sehubungan disini, maka konsep penyajiannya adalah menghadirkan atau memasukan  “kesan humor”. Hal ini pengkarya mengasumsikan sebagai gambaran perkembangan pola pikir manusia dalam menghilangkan image rasa takut terhadap persoalan yang mengandung unsur magis. Pemikiran itu tersimpul dari pemaknaan judul dari karya ini sendiri nsntinya, yaitu sebuah komposisi musik yang memakai kesenian sirompak (wacana tradisi) yang diimajinasikan pada persoalan humor.
 Di Minangkabau, sirompak merupakan salah satu kesenian yang pada mulanya mengandung unsur magis[1], sebagaimana magis yang dimaksud oleh Claude Levi-Strauss sehingga kesenian tersebut dinamakan dengan sebutan sebuah aktivitas basirompak.[2] Kesenian ini merupakan seni tradisi budaya dalam masyarakat Nagari Taeh Baruah dan Taeh Bukik di Kecamatan Payakumbuh. Sirompak berasal dari kata rompak, yang berarti dobrak, rampok, rampas, atau mengambil secara paksa batin sesorang. hal ini dilakukan oleh seorang pawang (tukang sirompak) yang dibantu oleh seorang peniup saluang sirompak dan seorang tukang soga. Pawang bertugas mendendangkan mantra-mantra dan memainkan sebuah gasing (gasiang tangkurak) yang salah satu bagiannya dibuat dari potongan tengkorak manusia, sementara itu tukang soga merupakan orang yang mengekspresikan atau “menvisualisasikan” dampak dari magis sirompak.
Dalam masyarakat penganut kepercayaan animisme dan spiritisme, tindakan magis dapat membantu seorang pemuda mendapatkan seorang gadis. Bersamaan hal itu tidak dapat dipungkiri, bahwa basirompak sebagai aktivitas magis pada akhirnya kurang disukai oleh sebagian masyarakatnya disebabkan oleh fungsi dan akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas tersebut.
Namun dari segi perkembangannya, pertunjukan sirompak yang sekali waktu telah berkembang dalam bentuk seni pertunjukan yang berorientasi hiburan (sebuah transformasi), tentu saja bentuk penyajian dan syair-syairnya disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan sekarang. Misalnya ialah syair atau pantun yang didendangkan lebih banyak berisikan nasihat dalam menjalankan kehidupan atau merupakan sebuah perenungan terhadap nasip yang sedang dijalani. Sementara itu  misalnya dalam pertunjukan randai kesenian minangkabau, penyajian teks dendang sirompak disesuaikan dengan cerita yang dibawakan dalam randai  tersebut.[3]
Perubahan dari aktivitas ritual magis basirompak menjadi sebuah seni pertunjukan, pada dasarnya dapat dianggap sebagai variasi dalam peniruan norma budaya baru dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Pengetahuan atau sistem nilai yang berkembang di lingkungannya sangat berpengaruh pada tingkah laku dan pola berpikir anggota baru masyarakat tersebut. Dalam hal ini, ada suatu penilaian tersendiri bagi penata bahwasanya, apabila suatu kesenian yang berdampak “merugi” dan berkembang dahulunya dalam berbagai  bentuk perkembangan apapun, secara logikanya akan dinilai bisa mengakibatkan kesenian tersebut hilang atau tidak bertahan sama sekali. Sejajar dengan hal itu, ada teori perubahan yang mengungkapkan bahwa:
“Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya ini akibat dari gejala umum yang terjadi sepanjang masa serta dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Dalam hal ini juga dikatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya juga merupakan penyebab dari perubahan”.[4]
Melihat persoalan transformasi yang terjadi pada kesenian di atas, menjadikan sebuah inspirasi bagi pengkarya yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk sebuah karya seni. Dalam hal ini, penata melihat sebuah persoalan kesenian yang berlatar belakang “merugikan sesorang“. Apabila ia mengalami transformasi ke seni pertunjukan hiburan yang “humoris” menjadi tanda tanya tersendiri bagi penata, apakah kesenian tersebut dapat diterima secara utuh kehadirannya? Komposisi ini mencoba untuk menghadirkan sebuah gambaran dari aktivitas ritual magis menjadi agak terkesan “humor”[5]. Alasannya adalah, di samping dengan tujuan membuat sebuah karya “baru“ yang inovatif, pengkarya juga mencoba untuk menghadirkan suatu image berbeda dari konsep penyajian  tradisinya pada masa lalu.
Sepanjang sejarah dan perkembangannya, konsep humor telah digunakan sebagai bentuk hiburan di seluruh dunia. Di Indonesia juga secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari kesenian rakyat, seperti; ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahkan menjadi unsur penentu daya tarik, humor yang dalam istilah lainnya sering disebut dengan lawakkan, gurauan banyolan, dagelan dan sebagainya merupakan suatu upaya mencari suatu “simpatik” penonton yang bisa mensugesti penonton untuk terhibur.  
Sejajar dengan persoalan tersebut, dalam hal ini pengkarya memandang apabila konsep humor dalam penyajian sebuah karya seni komposisi musik yang berorientasi kepada sebuah bentuk seni pertunjukan hiburan yang kaya akan konsep gurauan juga bagian dari bentuk pencapaian hasil bagi pengkarya dalam hal “mengubar” suatu image rasa takut terhadap kesenian sirompak pada ritus terdahulunya, hal tersebut dapat pula pengkarya asumsikan, apabila hal tersebut dapat terkompos dengan baik secara orkestrasi bunyi dalam ketentuan pengarapan karya seni pengkarya menilai merupakan bagian dari sebuah komposisi musik, penerimaannya tergantung pada demografi sosial dan cara pemahaman orang ke orang lain.
Ada pendapat mengatakan bahwa; dunia lawak di Indonesia boleh dikatakan berdiri otonom dan tidak dipengaruhi oleh unsur impor serta bisa dikatakan “lawakkan” merupakan sebuah perkembangan arus utama budaya lokal yang telah berkembang lama di Indonesia. Terkait hal tersebut unsur humor di dalam suatu kelompok kesenian bisa menjadi sebagai upaya dalam unsur penunjang penikmat seni, bahkan menjadi unsur penentu daya tarik.[6]
Dari pemahaman humor tersebut, muncul suatu keinginan pengkarya untuk mengangkat kesenian sirompak menjadi sebuah bentuk karya komposisi musik “baru” yang inovatif. Dalam hal ini penata memakai wacana dengan mengembangkan sebuah kandungan materi musikal yang ada pada kesenian sirompak itu sendiri untuk melahirkan  kesan yang khas, sehingga menjadi daya tarik tersendiri “kesan humor”. Konsep magis selalu ditempati dalam wilayah ketradisiaanya kemudian pengembangannya akan penata transformasikan kedalam bentuk “misteri plesetan” (menggabungkan konsep magis dengan konsep humor). Hal itulah yang akan penata coba hadirkan dengan memakai pendekatan re-interpretasi tradisi yang terbentuk dalam sebuah kemasan komposisi musik yang nantinya telah tersusun secara orkestrasi,illutrasi bunyi dan teaterikal.
Untuk mendukung terlaksananya komposisi ini, penata juga menghadirkan sebuah pengembangan materi musikal kesenian sirompak tersebut, yakni dilihat dari ketertarikan penata terhadap materi musikal seperti melodi dan dendang sirompak yang memiliki karakter dinamik yaitu cenderung cepat menaik dan menurun. Melihat karakter musikal yang dimiliki kesenian tersebut merupakan peluang bagi pengkarya untuk mendukung konsep humor yang ingin dihadirkan.
Contoh gerak melodi saluang sirompak yang dengan cepat menaik:

Contoh gerak melodi saluang sirompak yang dengan cepat menurun:

Karakter melodi di atas merupakan bahan bagi pengkarya untuk mengembangkannya kedalam bentuk sebuah bangunan musik dengan pertimbangan teknis penggarapan sebuah komposisi musik tentunya.
Demikian latar belakang karya komposisi musik ini yang mana berangkat dari fenomena musikal aktivitas ritual magis kesenian sirompak. Hal ini juga sebagai penambah pemikiran penata dalam mengupayakan “penawaran baru” tentang persolan magis yang sifatnya merugikan dan sulit diterima oleh masyarakat pendukung kesenian tersebut, kembali mendapatkan eksistensinya  semata hanya dalam “konteks hiburan”.
B. Rumusan Penciptaan
·         Bagaimana menghadirkan sebuah bentuk komposisi musik dengan sungguhan gurauan, lelucon, atau guyonan yang hendaknya dapat menghilangkan suatu image  atas perasaan takut seseorang akan mitos yang ada kaitannya dengan fenomena gaib.
·         Bagaimana mengkomposisikan aktivitas ritual magis dengan pertunjukan hiburan (konsep humor) menyatu dalam sebuah garapan komposisi musik “baru” yang inovatif”.
·         Bagaimana bentuk instrumentasi yang digunakan dalam menghadirkan komposisi yang berjudul “Play Setan”.
C. Tujuan dan Kontribusi Penciptaan
Dari pengamatan penata terhadap kesenian sirompak dalam persoalan transformasi (sebuah teori perubahan), muncul sebuah pertanyaan, apakah sebuah kesenian dengan latar belakang magis berkembang dalam konteks hiburan bisa diterima secara utuh kembali khususnya dimasyarkat tempat tumbuh dan berkembangnya kesenian tersebut. Berdasarkan persoalan tersebut timbul suatu tujuan bagi penata untuk menciptakan karya ini:
·         Yakni mentransformasikan kesenian sirompak agar sama-sama berkembang dalam bentuk apapun dan diminati.
·         Pengkarya ingin mengemas serta menghadirkan kesenian sirompak tersebut dalam bentuk sebuah komposisi musik yang lebih “berkesan humoris”. dan dapat menjangkau selera masyarakat umum.
Adapun berbagai kontribusi secara ke ilmuan dari karya ini adalah:
  • Menjadikan kesenian sirompak tersebut tetap “eksis” khususnya didaerah  daerah pendukung dari kesenian itu sendiri, serta dapat menjadi sumber yang memperkaya budaya musik baru di Indonesia.
  • Menambah koleksi karya karya di lembaga perguruan tinggi seni dengan wancana kesenian tradisi yang ada.
D.Keaslian Karya
Beberapa perbandingan tentang keaslian serta kebaruan karya seni yang telah ada dan diresensikan diantaranya dapat dilihat dari karya yang pernah diciptakan terdahulu di ISI Padangpanjang, antara lain seperti :
  1. Indra Jaya dalam karyanya yang berjudul, “Marompak”(2007). Karya ini membahas tentang Basirompak, kesenian yang berhubungan dengan kegiatan ritual perdukunan atau magic song. Saluang Tigo Jinih, judul pementasan tersebut (Dari Event Festival Seni Surabaya yang digelar dari tanggal 1-15 Juni 2007), membawa dua muatan berbeda. Indra Jaya menggabungkan musik etnik khas Minang dengan etno musik modern dan dibantu seperangkat computer. Indra memainkan Saluang Sarompak, jenis Saluang yang berasal dari Payakumbuh. Komposisi berjudul Marompak bernuansa kelam dan misterius. Berbagai bunyi seram dipadu suara Saluang Sirompak dan petikan bass, menjadikan komposisi ini seperti pengantar sebuah sihir, diwarnai dendang berlirik magic.
  2. Agung Pratama dalam karyanya yang berjudul, “Sirompak Bawah Tanah”(2008). Karya ini menggarap tentang kesenian sirompak dengan pendekatan World Musik dengan media materi musical yang ada pada kesenian sirompak tersebut. Salah satu hal yang menonjol dari pengamatan penata tentang karya tersebut, si penata lebih menekan penggarapan pada salah satu genre musik pop yaitu musik bawah tanah atau dengan istilah musik underground. Melihat persoalan tersebut, saya menilai akan berbeda konsep penggarapan serta teruji keaslian karya yang akan saya hadirkan nantinya.
  3. M. Syahrizal dalam karyanya yang berjudul, “Dendang Sirompak”(2009). Secara analisis penata terhadap Karya ini menilai bahwa karya tersebut lebih cenderung mengembangkan materi musikal yang ada pada kesenian sirompak tersebut kedalam pendekatan World Music yang mana dalam hal ini menghadirkan nuansa sirompak dalam jazz berkarakter sinkopasi serta mengembangkan materi musikal sirompak tersebut kedalam teknik sebuah  pengembangan progress corrd yang dikemas dalam bentuk orkestrasi.
Menganalisis dari beberapa pengamatan penata tentang karya karya mahasiswa terdahulu yang berangkat dari kesenian sirompak, belum ada menggarap dengan sumber dari latar belakang persoalan permainan dinamik serta memasukkan kesan humor “memplesetkan konsep musikal yang ada pada kesenian itu sendiri untuk dijadikan sebuah karya komposisi musik.  Serta belum ada yang membahas tentang persoalan transformasi yang ke-karya seni kaitannya. Di sini sangat jelas sekali bahwa karya yang akan dibuat memiliki unsur keaslian.


BAB II
KONSEP PENCIPTAAN

A.    Gagasan  Penciptaan
Lahirnya karya ini terinpirasi dari sebuah penilaian dan pemahaman pengkarya terhadap eksistensi kesenian sirompak yang mengalami sebuah transformasi. Dalam hal ini, persoalan magis yang berkembang kedalam sebuah bentuk seni pertunjukan dalam konteks “hiburan” menjadi dasar pijakan dalam mewujudkan karya ini nantinya. Disini Pengkarya mencoba menghadirkan sebuah konsep misteri yang diplesetkan (konsep humor) dengan tujuan agar kesenian sirompak dalam eksistensinya sekarang, dapat diterima kembali secara utuh dari keberadaanya semata hanya dalam “konteks hiburan”.
Sebuah penawaran baru dari pemahaman pengkarya terhadap latarbelakang hadirnya kesenian sirompak, ialah sehubung dengan konteks aktivitas ritualnya untuk merampok batin seseorang secara paksa. Hal ini menjadi sesuatu yang menarik  dan unik untuk diangkat ke dalam sebuah pertunjukan karya komposisi musik. Dalam hal ini, pengkarya mencoba mereinterpretasikan sebuah aktivitas ritual magis ke sebuah seni pertunjukan “hiburan” dengan upaya memplesetkan aktivitas ritual tersebut sehingga terkesan humor. Penawaran baru tersebut bertujuan agar kesenian tersebut tetap eksis di tengah masyarakat pendukung kesenian tersebut khususnya yangsemata hanya dalam konteks hiburan, bukan konteks sebagaimana terdahulunya (magis).
Permasalahan ini kemudian berujung kepada persoalan melihat keunikan  pada karakter melodi serta dendang sirompak yang cenderung cepat menaik dan cenderung pula cepat menurun. Sehingga mendorong keinginan pengkarya untuk membuat sebuah karya komposisi musik yang menitik beratkan penggarapan pada persoalan dinamika melodi yang ada pada materi musikal repertoar dendang tersebut kearah yang telah “diplesetkan” dengan tetap mekakai dasar pijakan wacana ketradisiannya.
Dalam hal ini tema percintaan juga di hadirkan dan “divisualisasikan” dengan konsep teaterikal guna menguatkan konsep aktivitas ritual sirompak itu sendiri yang dinilai pengkarya sebagai latar belakang penyebab hadirnya fenomena aktivitas ritual sirompak itu sendiri ditengah masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini juga merupakan suatu peluang bagi penata untuk menguatkan konsep utama dari karya ini yakni “play setan”, memplesetkan sebuah aktivitas ritual magis yang erat kaitannya dengan persoalan magis kedalam bentuk sebuah bangunan komposisi musik yang lebih mengarah kekonsep seni pertunjukan “hiburan”.

B.     Kajian Sumber Penciptaan
Sebelum karya ini lahir, pengkarya akukan pengkajian dari beberapa sumber terutama tulisan tulisan laporan karya, tulisan ilmiah  tentang sirompak, video dokumentasi karya yang berhubungan dengan kesenian sirompak serta dari buku yang terkait dengan ide dan konsep garapan yang akan pengkarya hadirkan nantinya, diantaranya:
1.      Zainal Warhat,Skripsi(1993) dengan judul “lagu sirompak pada masyarakat Kenagarian taeh baruah kecamatan payakumbuah Sumatra barat; suatu kasus Studi musik dan geseran Konteks Sosio-Budaya”. Medeskripsikan Aspek-aspek sosio-budaya yang meliputi tata cara, syarat-syarat, waktu dan tempat pelaksanaan acara sirompak, baik yang berkaitan dengan upacara sijundai atau yang berkaitan dengan acara hiburan: deskripsi terhadap aspek tekstual yang terdapat dalam sajian sirompak; serta deskripsi musikologis yang meliputi organisasi melodis, bentuk dan kontur lagu. 
  1. Slamet widodo dalam bukunya yang berjudul “proses-proses perubahan social”. perubahan stratifikasi dan struktur social.
3.      Marzam dalam bukunya yang berjudul ”Basirompak sebuah Transformasi Aktivitas ritual Magis Menuju Seni Pertunjukan”2002.
4.      Morris, Brian, Antropologi Agama dan kepercayaan, Yogyakarta: Haikhi Grafika. 2007.
5.      Filsafat Seni yang ditulis Jakob Sumardjo. Penata mengambil referensi tentang teknik pembuatan karya dan penjelasan tentang hal yang membentuk sebuah karya seni dan teknik  dalam karya.
  1. Kumpulan beberapa buah kaset tape dan vcd, yang di dalamnya banyak memuat tentang Sirompak.
C.    Landasan Konseptual Penciptaan
Untuk mengaktualisasikan ide dan gagasan karya ini pengkarya menitik beratkan pada penggarapan materi musikal dari kesenian sirompak tersebut yakni melodi saluang dan dendang sirompak tersebut (mantra mantra) yang memiliki karakter dinamik yang cenderung cepat menaik dan cepat menurun serta aktivitas ritual sirompak itu sendiri yang mana pengkarya mencoba untuk “menplaysetan” dari konteks ketradisiaannya terdahulu.
  Pendekatan garap pada karya ini adalah pendekatan re-interpretasi tradisi dengan mengembangkan materi musikal serta aktivitas ritual kesenian sirompak tersebut ke dalam bentuk garapan komposisi musik serta menghadirkan unsur lelucon atau guyonan (kesan humor) dengan tema percintaan kedalam bentuk sebuah drama musikal yang lebih mengarah ke konsep teaterikal dengan pertimbangan ilutrasi bunyi dan komposisi musik (bangunan musik)nya.
            Secara materi, oleh pengkarya nantinya ke dalam karya tersebut berupaya mencapai suatu tujuan dan kontribusi serta lebih variatif (penawaran baru). Karya ini lebih bertujuan ingin menghilangkan suatu image rasa takut terhadap eksistensi kesenian sirompak itu sendiri dalam perkembangan kekiniannya, serta tetap memakai beberapa pertimbangan dan prinsip dari cara penggarapan sebuah komposisi musik, seperti: penggarapan melodi, dinamik, pitch, timbre/tone collor, dan instrumentasi.
            Sebagai media untuk mewujudkan komnposisi musik yang bertemakan misteri yang diplesetkan, pengkarya juga memakai instrumentasi yang bisa mendukung konsep karya ini, diantaranya; gendang tifa, hasapi, gitar kulele, kulinter,contra bass, berimbau, tamborin, serta alat perkusi dan melodi lainnya.
D.    Metode Penciptaan
Sebelum masuk pada proses kerja karya seni, pengkarya melakukan beberapa tahapan metoda agar dapat mencapai target yang diinginkan dalam membuat karya seni itu sendiri nantinya. Adapun tahapan kerja dalam proses karya seni yang dilakukan adalah:
Pengamatan
Langkah awal yang dikerjakan sebelum melakukan proses  karya ini, adalah dengan survey dan pengamatan serta pemahaman terhadap  persoalan magis dan humor. Hal ini dilakukan sejauh mana pengkarya dapat memahami persoalan magis dan humor. Upaya itu dilakukan dengan cara pengkopian data-data tuisan, kaset dan CD yang berhubungan dengan musik ritual magis nusantara yang lebih mengarah ke perkembangan/transformasi ke seni pertunjukan hiburan. Setelah pengkarya dapat memahami dan melakukan pertimbangan terhadap hasil survey yang dilakukan, pengkarya mencoba mendiskusikannya dengan pembimbing tulisan, teknis dan para pendukung karya agar dapat  memahami konsep pengkarya serta dapat membantu proses pembuatan  karya komposisi ini nantinya.
Penuangan dan Eksplorasi (Elaborasi)
Setelah pengkarya mendapatkan semua data yang diperlukan dalam proses kerja karya ini, kemudian melakukan latihan dengan memberikan materi-materi karya komposisi kepada para pemusik  berupa batang-batang karya. Akan tetapi sebelum memberikan materi kepada pendukung, pengkarya juga mencoba membuat transkrip karya dalam bentuk kerja Fruityloop 8, untuk lebih dapat membantu kerja elaborasi. Kemudian dilanjutkan pada latihan-latihan rutin berdasarkan jadwal yang akan disepakati bersama pendukung karya, sehingga karya komposisi nantinya menjadi satu kesatuan yang utuh.
 Setiap menjalani proses latihan ini, kadang terjadi beberapa perubahan dikarenakan timbulnya inspirasi-inspirasi baru. Setiap latihan, penata merekam materi-materi yang sifatnya masih sementara, agar bisa direvisi ulang dan dikembangkan, bahkan selama proses karya berjalan tentunya ada juga masukan dan saran yang diberikan oleh dosen pembimbing, seperti: memotong bagian-bagian karya yang dianggap tidak perlu serta menambah variasi-variasi agar lebih variatif.  
Pembentukan (Sintensis)
Dari beberapa proses kerja yang telah dianggap  terselesaikan, maka dilakukan tahap penyempurnaan seluruh bagian garapan sebelum finishing, seperti menukar tempat, memperbaiki penyambungan  yang rasanya kurang tepat hingga menjadi susunan yang lebih baik.
Untuk melakukan proses finishing, ada bagian yang akan dihilangkan atau diperhalus tiap-tiap bagiannya agar keutuhan karya komposisi ini tercapai. Pada tahap ini adalah tahap akhir sebelum ditampilkanya karya ini nantinya, Serta aspek-aspek yang bersifat non musikal, seperti: setting, penempatan instrumen dan pemain, dan penggunaan sound system juga menjadi pertimbangan penting.
Realisasi
Karya komposisi “play setan” digarap dengan pertimbangan yang telah dipikirkan secara matang oleh pengkarya. Dari pertimbangan ini pengkarya mengharapkan komposisi ini mendekati kesempurnaan dan menjadi kepuasan batin tersendiri bagi penata. Pertimbangan yang dimaksud di antaranya berupa transisi-transisi komposisi, yakni bagaimana pengkarya mensiasati jembatan atau penyambungan antara satu bagian ke bagian yang lain dari komposisi ini. Suatu pertimbangan lain adalah dinamika komposisi serta pertimbangan untuk menghadirkan konsep teaterikal yang berbentuk konsep humoris dengan tepat sasaran. Pengkarya juga akan memperhatikan grafik perjalanan komposisi, terkait di dalamnya adalah cepat atau lambatnya (tempo) perbagian komposisi serta konsep humor yang telah terkonsep secara dramatikal dan menyatu dalam tema komposisi tersebut hendaknya.















BAB III
DESKRIPSI SAJIAN

Komposisi “Play Setan” ini  terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian ini saling berhubungan dan saling mendukung (satu kesatuan yang utuh) melalui transisi dan penyambungan yang digunakan.
Bagian 1, Suasana magis sirompak sebagai teknik muncul diawali dengan bunyi droone secara bergantian oleh masing masing instrument yang bersifat melodis diantaranya, contra bass, rabab darek, sarunai dan diakhiri dengan pemunculan melodi saluang sirompak secara utuh, sehingga kesan yang hadir pada bagian awal ini kesan yang dihadikan agak terkesan suasana mistik dengan tangga nada minornya.









Setelah beberapa siklus melodi dari sirompak tersebut pengkarya menghadirkan sebuah penyambungan dengan menghadirkan sebuah watak atau sosok pengkarya dengan upaya membuyarkan sebuah image “rasa takut”. Dibagian ini pengkarya juga memunculkan bermacam macam teknik muncul dari para pendukung guna menguatkan konsep humor yang ingin penata hadirkan pada bagian awalnya.
            Padasetiap bagian bagian penggarap mencoba memberikan peluang peluang garap berupa konsep konsep humor di setiap transisi transisi ke tiap tiap bagian karya
Bagian 2, diawali dengan permainan tempo vokal yang semakin menaik dan ditutup dengan bunyi simbal. setelah itu dilanjutkan dengan menghadirkan materi musical sirompak secara tradisinya kembali dalam bentuk pengembangan materi melodi sirompak yang diisi dengan rhytem dari  seluruh instrument dengan teknik muncul bersama yang berbeda beda  dan  memakai tonika tangga nada minor dari tangga nada saluang sirompak tersebut. Dalam hal ini bentu melodi sirompak yang dihadirkan:
Dalam hal ini rhytem yang dihadirkan agak sedikin terkesan bergoyang karna memakai matrik 4/4 yang sedikit terkesan berpolakan dangdut dengan isian rhytem dari sweluruh instrument. Setelah saluang sirompak memainkan melodinya secara pengembangan, diakhiri dengan dron dari instrument string yang kemudian diisi kembali dengan melodi sirompak secara utuh pada bagian ini kembali terkesan mistik karna suasana namun secara pengembangan selanjutnya, penata kemudian memasukan karakter vokal penata sendiri denagan membawakan repertoar dendang sirompak itu sendiri dengan iringan vokal dari masing masing pemain
dalam hal ini kesan yang dihadirkan sedikit lari dari penyajian ketradisiannya karnena ada pengembangan warna bunyi vokal penata. Setelah bebertapa kali siklus pengulangan melodi vokal hingga mencapai tonika dinamik bawah nada sirompak.

Setelah mencapai dinamik bawah pada karakter musikal dari sirompak itu sendiri disambung dengan menghadirkan vokal unisono yang berupa desahan sebanyak tiga kali dan dilanjutkan dengan mantra mantra sirompak yang telah sedikit diplesetkan dengan isian dialog dari penata dan vokal wanita yang membahas tentang masalah percintaan. Setelah berakhir konflik tersebut dengan iringan vokal dari seluruh pemain dengan uniasono, dilanjutkan dengan pengembangan mantra mantra sirompak yang dihadirkan dengan style musik R n B Setelah tergabung secara orkestrasi dengan dinamik semakin menaik ditutup dengan vokal dari pemain yang tidak teratur sebanyak satu kali pengulangan yang terkesan delay. Selanjutnya penata memasukan kembali pengembangan melodi serta dendang sirompak sirompak dalam matrik ¾ dan 6/8 agar terlihat perkembangan dari ketradisiannya. Setelah bebepapa siklus melodi dendang sirompak diakhiri dengan permainan unisono dari para pendukung. Selanjutnya dilanjutkan dengan dendang mantra deri vokal wanita dan pengembangannya dilanjutkan kembali dengan menghadirkan suara penata dengan tema vokal yang menyampaikan tentang seorang laki laki di minangkabau jangan pernah dikucilkan “diremehkan”. Dalam hal ini penyampaiaannya disampaikan dengan lagu lagu yang sedang populer saat ini “irama keong racun” dengan tujuan lebih bisa dimaknai secara umum maksudnya. Dalam hal ini banyak terjadi sebuah plesetan kata kata atau kalimat dari dendang atau mantra mantra sirompak tersebut yang terkesan humor namun masih memegang konsep ritual magisnya dengan mempertahankan tonika nada nada minor dari sirompak itu sendiri.
Selanjutnya penghubung pada bagian dua ke bagian tiga diawali dari pengembangan materi ¾ dan 6/8 tersebut dengan dinamika yang semakin menaik dan diakhiri dengan permainan solo dari instrumen perkusi yang dimainkan penata dengan tempo dan dinamik yang cepat pula. Dalam hal ini menggabarkan sebuah ungkapan penata terhadap keemosiaannya untuk berkeinginan buruk dengan mempertahankan konsep dasar karya ini yakni “plesetan”. Setelah mencapai klimaksnya permainan solo tersebut diakhiri dengan fill dari instrument perkusi yang masih dengan tempo cepat selanjutnya penata menghadirkan sebuah pengembangan materi sirompak ke style musik keroncong sebanyak beberapa kali siklus melodi dari instrument sarunai.
Bagian 3 menggabarkan suasana proses dari mengguna gunakan oleh tukang sirompak, dalam hal ini dengan menghadirkan rhytem dari seluruh instrumen atau mantra dari  juga lebih memfokuskan pada pengembangan  permainan dinamik dan divisualisasikan melalui gerak. Permainan ini diperankan oleh semua pendukung karya, pada bagian ini memberikan kesan yang sedikit menegangkan, serta bercampur dengan konsep dari nuansa mistreri yang telah deplesetkan dengan menggabungkan Permainan tempo yang semakin menaik, serta masih mengahadirkan teatherikal dengan pengembangan aktivitas ritual sirompak, Tujuan penata menghadirkan mengalami perubahan dan pengembangan motif, selanjutnya tempo pada akhir bagian ketiga ini sedikit naik.
Pada bagian ketiga dalam komposisi ini juga lebih mengarahkan kepada bentuk  permainan gerak yang orkestrasi telah ditata oleh penata dalam bentuk gerak gerak yang diinterpretasikan melalui fenomena aktivitas ritual sirompak tersebut, pada bagian ini bentuk garapan yang dihadirkan agak menaik hingga akhir dengan memadukan antara dendang sirompak dengan karakter  tarian kecak dan tarian aceh dengan visualisasi orang yang bergerak sebagai tukang soga. Kesan yang dihadirkan dalam akhir bagian tiga ini penata mencoba meninterpretasikan sebuah klimaks dari aktivitas ritual sirompak itu sendiri yang mana masih memegang konsep humor (misteri yang diplesetkan.


BAB IV
                           KONSEP PERTUNJUKAN
A.    Panitia Pelaksana
1. Pimpinan Produksi                                 : HMJ Karawitan
2. Stage Manager                                          : Tonny Riyadi
3. Komposer                                                 : Ridzki
4. Pendukung Karya                                   :
                        Auzi Madona Adoma                                 : Berimbau 1
                        Ari                                                                  : Berimbau 2
Hendri Koto                                                  :Gendang ketipung 
Hamdan towil                                              : Sarunai
Riska Gumilang                                           : Gendang Kulinter
Rio Eka Putra                                               : Gitar Kulele
Wawan                                                           : Contra Bass
Zulfadli                                                         : Saluang Sirompak
Elson                                                              : Hasapi
Toni                                                                : Rabab Darek
Melly                                                              : Vokal, Marakas
Shofwan                                                         : Vokal, Tamborin
            5.  Sound Enginer                                                     : Jhori Adela, S.Sn
            6. Lighting                                                                 : Agib
            7. Artistik Panggung Dan Kostum                        : Jerry
            8. Dokumentasi                                                        : Abrar
            9.Kosumsi                                                                 : Siti Ainsyah
           10. Penata Rias                                                          : Dila dan Mona

B.     Deskripsi Lokasi Dan pentas
Bagi penata, gedung pertunjukan Hoerijah Adam yang terdapat di lembaga Institut Seni Indonesia Padangpanjang merupakan sebagai tempat yang ideal bagi penggarap dalam menanpilakan karya komposisi ini. Selain fasilitas yang memadai, gedung tersebut juga mendukung akustik bunyi serta artistik panggung yang ingin penata hadirkan atau sajikan nantinya.
Panggung yang digunakan dalam mempertunjukan komposisi musik ini yaitu; panggung proscenium kosong yang kemudian di set menjadi sebuah pentas yang berisikan alat musik, properti serta artisitik pendukung. Selama pertunjukan berlangsung, panggung juga diperkuat dengan dukungan setting lampu dari berbagai jenis lampu seperti follow aspot dan ligh solution yang disesuaikan dengan warna perjalanan dinamika komposisi musik yang dihadirkan.



Berikut denah panggung dan penataannya


 











 

Gendang, Kucapi dan Simbal                     Guitar Electrik
Gendang Kelinter                                        Vokal, Marakas
Gendang Tifa                                                Hasapi
Vokal, Tamborin                                          Saluang Sirompak
Countra Bass                                                Rabab Darek
Berimbau 1 dan 2                                        Sarunai


C.    Durasi karya
Komposisi musik ini berlangsung selama 25 menit dari awal terbuka layar  hingga tertutup layar  dari panggung proscenium tersebut. 

D.    Susunan Acara
1.      Kata sambutan dan Ucapan selamat datang dari Master Cerremonial (MC).
2.      Pertunjukan komposisi musik “Jazzy  Taku” karya Andy Frery Ade Andika.
3.      Pertunjukan komposisi musik “Tiuplah Api Berderai” karya Ramdanus.
4.      Pertunjukan komposisi musik “Sentak Irama Kemenangan” karya Remmy Juliant Fernandes.
5.      Pertunjukan komposisi musik “Play Setan” karya Ridzki.
6.      Penutup dan ucapan terima kasih dari Master Ceremonial (MC)
E.     Jadwal Pelaksanaan
Gedung pertunjukan Hoerijah Adam Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Selasa, 30 Desember 2010. jam 20.00 WIB sampai dengan jam 23.00 WIB.



BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sebuah imajinasi penata terhadap persolan yang penata angkat kesebuah karya seni yakni, fenomena aktivitas sirompak yang tidak selalu memilki tempat yang layak untuk para masyarakat pendukungnya, merupakan sebuah pola pikir bagi penata sendiri yang hendaknya dapat bermanfaat sebagai para kalangan seniman yang ingin hanya sebatas untuk memperkaya khasanah musik nusantara agar tetap berkembang dalam wilayah yang mentradisi.
B. Saran
            Karya komposisi ini sebagai jalan bagi penggarap untuk menyampaikan apa yang sedangterjadi ditengah masyarakat, terkusus terhadap persoalan sebuah transformasi sebuah kesenian yang berubah secara konteks ketradisiannya.
            Sebagai penutup dari penulisan ini adapun  saran dalam mencapai suatu kesempurnaan bagi pengarap untuk kedepan, hendaknya kesenian yang mengalami sebuah transformasi khususnya kesenian sirompak tetap sama sema memilki nilai eksistensi yang bisa lebih mengarah kita sebagai seniman yang intelktual untuk mempertahanka kandungan nilai nilai ke arah hal hal yang lebih positif.
DAFTAR RUJUKAN
Zainal Warhat,Skripsi,1993. “lagu sirompak pada masyarakat Kenagarian taeh baruah kecamatan payakumbuah Sumatra barat; suatu kasus Studi musik dan geseran Konteks Sosio-Budaya”. (Medeskripsikan Aspek-aspek sosio-budaya)
Sumber internet
Diakses 09 febuari2009
Informasi tentang kesenian sirompak yang mengalami sebuah transformasi.









DAFTAR NARA SUMBER
1.         Nama                         : Indra jaya
            Umur                          : 28 Tahun
            Pekerjaan                   :Teknisi Studio Karawitan ISI Padangpanjang
            Alamat                       : Guguak Malintang, Padangpanjang












DISKOGRAFI
1. VCD Motadomus.
2.VCD Marompak Karya Indra Jaya (Dokumentasi Pribadi)
3.Download Youtube Video Sirompak 













GLOSARIUM
A
Akustik                                  :Bunyi yang dihasilkan
B
Basirompak                           :Upaya memaksa bathin seseorang dengan bantuan kekuatan gaib agar menuruti kemauan seseorang.
E
Elaborasi                               :Penuangan
I
Image                                     : Pandangan atau objek.
R
Ritme                                     :Irama ketukan




BIODATA PENGKARYA
Nama                                                 : Ridzki
Tempat dan Tgl Lahir         : 23 Januari 1988
Jabatan                                   : Mahasiswa jurusan Karawitan
Angkatan/BP                       : 2006
Riwayat Pendidikan            : SD Negeri 10 Padang
                                                : SMP Negeri 22 Padang
                                                : SMU Negeri 12 Padang

Karya Seni                             : Komposisi musik, ”Bintang Timur” dalam pergelaran musik inovasi ajang kreativitas mahasiswa jurusan Karawitan di gedung Auditorium Boestanoel Arifin Adam STSI Padangpanjang, 2010
Event yang pernah diikuti             :
·        Pemusik pada pergelaran karya musik inovasi, digedung FBSS, Universitas Negeri Padang 2007.
·        Pemusik Pada Pertunjukan Karya Tari Inovasi, Koreog Refni Atur Rahmi, Hari-Hariku, Taman Budaya Pekanbaru 2008.
·        Pemusik Pada Acara Pembukaan Pertemuan Taman Budaya Se-Indonesia, Padang 2008.
·        Pemusik Pada Karya Tari “Puspa Mekar” A.A.Citrawati,S.Sn Boestanoel Arifin Adam 2008.
·        Pemusik pada Festival Qasidah Rebana Tingkat Provinsi Sumatra Barat, di Pesisir Selatan 2010. 
·        Pemusik Pada Event Ulang Tahun Kota Binjai Sumatra utara, Manajemen Seni Pertunjukan ISI Padangpanjang 2010.
                                               
                                                                                   
           
           





           



























[1] Magis adalah serangkaian teknik untuk mempengaruhi hal-hal gaib dan kekuatan-kekuatan supranatural secara langsung dan otomatis. Teknik dan cara ini diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib, sehingga oleh karenanya manusia dapat menguasai alam sekitar, termasuk alam pikiran dan tingkah lakunya; dalam Claude Levi-Strauus, Mitos, Dukun dan Sihir terjemahan Agus Gramers, Dkk (yogyakarta:Kanisisus,1977;148).
[2] Marzam dalam bukunya “Sebuah Transformasi Aktivitas Ritual Magis Menuju Seni Pertunjukan”, mengatakan bahwa “Basirompak” adalah upaya memaksa bathin seseorang dengan bantuan kekuatan gaib agar menuruti kemauan seseorang. (2002:9)
[3] Sumber : http://Aku Massa/.com update-sirompak diposting pada tanggal  9 febuari 2009.  
[4]D.O'Neil.2006."Processes of Change"Http://anthro.palomar.edu/change/change_2htm
[5]Dalam bahasa Sansekerta kuno drama, Bharata Muni’s Natya Shastra didefinisikan humor (hāsyam) sebagai salah satu dari sembilan nava rasas, atau prinsip rasas (respons emosional), yang mendapat inspirasi di antara penonton dengan bhavas, yang imitasi emosi yang dilakukan para aktor. Setiap rasa dikaitkan dengan bhavas tertentu digambarkan di atas panggung. Dalam kasus humor, itu berhubungan dengan kegembiraan (hasya).

[6]Aziz Abdul Ngshim dalam tulisannya “Dunia Lawak Indonesia”. Http://www.kompasiana .com/posts/indeks/opinion/ Diposting Tanggal 5 Maret 2010 (288)